Akhir tahun, saat suhu udara terasa lebih dingin, atau saat Anda berada di lokasi yang suhu udaranya dingin, seperti di wilayah yang mengalami musim dingin, ada rasa ingin makan lebih banyak. Bukan sekadar perasaan, tapi hal ini memang alami dialami semua orang. Apa alasannya?
Ingin bahagia
Kala suhu dingin dan yang ingin dikudap hanya makanan berkarbohidrat, seperti pasta, kue kering, dan lainnya, bisa jadi Anda mengalami Seasonal Affective Disorder (SAD). Banyak studi menunjukkan, otak akan memproduksi lebih banyak hormon bahagia setelah mengkonsumsi makanan berkalori tinggi dan banyak lemak. Ini kerap terjadi di musim dingin.
Agar kalori Anda terjaga, disarankan untuk memilih makanan rendah lemak namun kaya asam lemak omega-3, seperti salmon. Omega-3 diketahui baik untuk meningkatkan mood, sementara proteinnya bisa memberi rasa kenyang lebih lama.
Bila pun tak kuasa melawan keinginan makan makanan manis (yang disarankan para pakar diet untuk dilakukan sesekali saja), cobalah untuk melakukan pilihan yang cerdas. Contoh, bila ingin mengkonsumsi pasta dan keju, pilih pasta yang terbuat dari gandum utuh dan tambahkan sayuran. Kalaupun ingin cokelat, disarankan untuk membuat minuman cokelat pekat (dark chocolate) panas yang terbukti membantu mencegah penyakit jantung, meningkatkan kolesterol baik, serta membantu membuat mood lebih baik. Penelitian di Yale University mengungkap, minuman hangat membantu mendorong mood positif dan mengurangi rasa kesepian.
Mendung bikin ingin makan lebih banyak
Tendensi untuk makan berlebih di musim dingin, diperkirakan Ira Ockene, kardiolog di University of Massachusetts Medical School, adalah karena dorongan dalam diri mengatakan untuk menimbun makanan dalam diri menjelang masa dingin. Ini adalah insting primitif dalam diri manusia yang terbawa hingga kini.
Studi di tahun 2005 mengungkap, keinginan manusia untuk mengasup makanan berbeda setiap musimnya, begitu juga dengan berat badan. Di musim pancaroba, umumnya, kalori yang diasup lebih banyak dibanding musim sebelumnya. Sementara itu, level aktivitas fisik terendah adalah pada musim yang suhunya dingin.
Pada musim yang membuat cuaca cenderung gelap/mendung, manusia juga punya keinginan makan lebih banyak dan lebih cepat. Langit yang gelap pun membuat ilusi hari berkesan pendek, alhasil, jarak waktu makan lebih pendek dari biasanya, waktu tidur pun lebih cepat.
Akibat lingkungan
Selain masalah biologis, keinginan untuk makan lebih banyak di musim dingin juga bisa terjadi karena masalah lingkungan, terutama keluarga, teman, kerabat, yang semuanya terhubung dengan perayaan.
Di penghujung tahun, juga awal tahun, ada banyak hari-hari perayaan, mulai dari hari natal, tahun baru, tahun baru China, hingga Valentine.
Hari-hari perayaan identik dengan makanan-minuman sebagai pelengkap. Umumnya, makanan-minuman yang disajikan mengandung lemak dan kalori yang lebih. Dipadu dengan rendahnya aktivitas fisik di saat cuaca dingin, amat alami bila kebanyakan orang mengeluhkan kenaikan berat badan selama musim bersuhu dingin, lalu akan hilang lagi di masa cuaca bersuhu panas.
Studi lain yang dilangsungkan di Canadian University of Maryland menemukan, bila di dalam makanan terkandung nilai emosional, kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan tertentu itu lebih tinggi. Contoh, bila di hari perayaan, saat kumpul keluarga, nenek membuatkan makanan tertentu khusus untuk Anda, walau berlemak tinggi dan Anda tahu bahayanya bagi diet, tetap saja rasanya akan terasa lebih enak dan ingin makan lebih banyak dari porsi aman.
Bila ini terjadi, para pakar diet tidak memaksa untuk Anda menghentikan keinginan makan makanan kesukaan, tetapi disarankan untuk menyeimbangkan pola makan. Bila Anda tahu akan/sudah makan makanan kesukaan itu dalam jumlah banyak, seimbangkan asupan lainnya dengan hanya mengkonsumsi buah atau sayuran saja di sisa hari, juga hindari minuman berpemanis buatan.
*Sumber: beritasatu.com/kesehatan