"Untuk pendidkan kespro kita akan tuju pesantren dan pedesaan karena ternyata disinilah pernikahan usia dini banyak terjadi," ujar Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Soedibyo Alimoeso.
Menurut survei demografi, Kependudukan dan Kesehatan Indonesia tahun 2012, secara rata-rata jumlah wanita usia 15-19 tahun yang memiliki anak adalah 48/1000.
"Padahal target kita adalah 30/1000 berarti ada jutaan perempuan usia 15-19 tahun yang sudah memiliki anak, ini gawat," kata Soedibyo.
Menurutnya memiliki anak di usia terlalu muda akan mengancam keberhasilan Indonesia untuk memanfaatkan bonus demografi beberapa dekade mendatang.
Untuk memperbaiki pendidkan kesehatan reproduksi, BKKBN sudah melakukan pendekatan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan agar dapat memasukkan pendidikan Kespro ke dalam kurikulum.
"Tetapi memang Kemendikbud memiliki keterbatasan, tidak semua konten bisa dimasukkan karena ada banyak sekali, untungnya sudah ada beberapa universitas yang secara khusus mau menampung pendidkan kespro, terutama untuk remaja," tambahnya.
Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan kesehatan reproduksi juga menjadi salah satu agenda prioritas Kementerian Kesehatan.
Menurutnya Kemenkes akan mengefektifkan pemanfaatan dokter umum untuk membantu persalinan dan mempromosikan pendidikan kespro.
"Bayangkan saja, jumlah dokter umum di Indonesia lebih dari 80.000 orang, tetapi hanya kurang dari lima persen yang membantu persalinan, kebanyakan ditangani bidan, bahkan ada dokter yang tidak paham cara memasang IUD (Intrauterine Device/jenis kontrasepsi),' ujar Ghufron.
Menurutnya pemanfaatan dokter umum untuk membantu persalinan ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk menjalankan Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dimana seluruh layanan kesehatan penduduk Indonesia dijamin.
*Sumber: www.beritasatu.com/women-health/89618-program-kesehatan-reproduksi-targetkan-ibu-belia.html