Saat lebaran adalah
saat diare mengancam. Banyak orang terserang diare.
Perut mulas, badan lemas, dan buang-buang air (mencret). Apabila terserang gejala seperti ini, segera ambil tindakan. Jangan terlambat! Karena tubuh akan semakin lemas bahkan kekurangan cairan (tubuh). Paksakan, perbanyak minum air putih, dan segera periksakan ke dokter.
Namun, bagaimana bila terjadi malam hari, dalam kondisi darurat dan jauh dari apotek maupun dokter?
Inilah sebuah pengalaman yang berawal dari “The Power of Kepepet”.
Sudah 3 hari terserang diare. Suatu malam, satu hari setelah lebaran, di kampung yang sunyi dan berhawa sangat dingin. Di rumah mertua, yang tidak ada apotek, apalagi dokter, saya terserang diare akut. Perut sangat mulas, dan bolak-balik ke WC. Keadaan sangat genting, dan sangat menyiksa. Mau minta tolong, orang-orang sudah pada tidur. Istri dan anak, semua tertidur lelap. Tak tega untuk membangunkannya. Bolak-balik ke wc di ruang paling belakang, melewati kakak ipar dan mertua yang tidur di ruang tengah. Sungguh, gak enak kalau sampai mereka semua bangun, terganggu olehku yang bolak-balik ke wc.
Kutatap jam, menunjukkan pukul2 malam. Perutku mulas lagi, balik ke wc lagi. Begitu seterusnya. Hampir putus asa, harus bagaimana. Tapi, aku menguatkan tekad, bahwa aku harus kuat, harus sembuh. Jangan sampai mengganggu orang yang sedang tidur. Dalam kebingungan aku memutuskan harus “take action”. Akhirnya pergi ke dapur, mengambil segelas air. Tanpa sengaja, dekat teko wadah air ada tempat garam. Langsung ku ambil sesendok garam, ku campurkan pada air, lalu ku minum. Bismillah.
Setelah itu pergi lagi ke tempat tidur, sambil merasakan perut yang perih. Namun perlahan, rasa perihnya menghilang. Tanpa sadar aku tertidur. Sampai-sampai baru bangun ketika dibangunkan istri jam 5.00. Aku bangun, dan bersyukur ternyata perutku tidak perih lagi, dan tidak ingin buang-buang air lagi, dan aku sembuh!
Paginya, aku harus balik ke Jakarta. Karena sudah niat dan pergi bersama rombongan, tidak mungkin aku batalkan. Bismillah saja, dan yakin bahwa aku sembuh. Di perjalanan, aku terserang lagi sakit perut, mual dan ingin buang air. Mobil menepi, wc ku hampiri. Setelah buang air, aku mebhampiri tukang bakso. Akuminta segelas air dan minta sesendok garam. Diaduk lalu diseduh. Aku melanjutkan perjalan. Alhamdulillah, sembuh lagi.
Sampai di Jakarta, ibu ku memberi kabar bahwa, beliau juga buang-buang air. Lalu aku kasih resep kepepetku, minum air garam. Beliau menurutinya, dan tidak lama kemudian mengabari bahwa sakitnya hilang dan sembuh.
Dari situ, saya mengambil kesimpulan, dan sudah dibuktikan, bahwa
obat diare sangatlah mudah dan murah, hanya minum air yang dicampur garam.
Tidak percaya? Coba aja buktikan. Selamat mencoba!
*Sumber: http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2012/08/25/inilah-obat-diare-paling-manjur/