Remaja Putri Ini Khawatir Segera Berkumis - Rambutnya yang panjang terurai membuat Jazz Jennings semakin manis. Gayanya sangat girly sehingga kerap kali tidak ada yang menyangka Jazz terlahir laki-laki. Bahkan hingga kini dia masih memiliki penis.
Di usianya yang sudah 12 tahun, Jazz semakin nyaman menjadi perempuan. Dia berharap bisa menjadi perempuan seutuhnya suatu hari nanti. Mengingat saat ini dirinya sedang memasuki usia puber, Jazz pun khawatir dirinya bakal segera berkumis atau berjanggut seperti yang dialami kebanyakan remaja pria.
7 Tahun lalu, Jazz mengubah penampilannya menjadi perempuan setelah didiagnosa mengalami Gender Identity Disorder (GID). Bertahun-tahun berlalu, Jazz pun semakin nyaman dengan rok-rok dan baju perempuan lain di tubuhnya.
Nah, di usia-usia puber untuk remaja seusianya, apakah dia khawatir akan kesulitan punya pacar? "Sedikit khawatir. Tapi kalau ada cowok yang menampik saya karena situasi yang saya alami, artinya dia tidak tepat buat saya," ucapnya seperti dikutip dari Daily Mail.
Jazz menuturkan sejak balita dirinya sudah ingin menjadi seorang perempuan. Kerap kali dia ingin melepas jumper khas bocah laki-laki dan menukarnya dengan gaun. Dia pun akan meluruskan jika ada orang yang menyebutnya 'anak laki-laki yang baik'. Jazz selalu ingin disebut 'gadis baik'.
Saat Jazz berusia dua tahun dia bertanya kepada ibunya kapan peri baik hati datang dan mengubah alat kelaminnya. Setelah mendapat pertanyaan itu, orang tuanya pun segera berkonsultasi ke dokter.
Tiga tahun kemudian, Jazz diperiksa oleh dokter dan didiagnosa mengalami GID. Sejak itulah dia mengubah penampilannya, dari laki-laki menjadi perempuan. Jazz membiarkan rambutnya tumbuh panjang, bahkan dia menindik kupingnya untuk dipasangi anting. Rok juga selalu dikenakan Jazz kemana pun dia pergi, termasuk pergi ke TK tempat dia sekolah.
Lalu saat itu orang tua Jazz, Greg dan Jeanette, menjelaskan kondisi anaknya kepada tiga bocah lain. Keduanya tidak melarang buah hatinya untuk berubah menjadi perempuan. Bahkan keduanya mendukung ide dan yang dilakukan Jazz.
"Kami hanya selalu mendengarkan apa yang dia sampaikan," ujar Greg.
"Kami bilang 'kamu spesial. Tuhan membuatmu spesial. Karena tidak banyak gadis kecil di luar sana yang masih punya penis," kata ibunya menambahkan.
Dukungan kedua orang tuanya terhadap Jazz antara lain terlihat dari dekorasi kamar Jazz yang penuh berisi pernak-pernik khas perempuan. Misalnya spreinya berwarna pink dan lemarinya penuh dengan gaun dan rok.
Kendati sangat mendukung apa yang dipilih anaknya, namun kedua orang tua Jazz tetap bersiap membuka semua opsi yang bisa dipilih Jazz. Meski bisa menerima anak laki-lakinya berubah perempuan, namun transisi seperti itu tetap tidak mudah bagi keluarga Jennings.
Sebagai bentuk perhatian pada kasus seperti Jazz, Jeanette mendirikan Purple Rainbow Foundation. Keluarga yang mengalami situasi serupa menjadi target yang akan dibantu lembaga ini.
"Saya meratapi hilangnya 'sosok' anak laki-laki saya. Saya lihat foto dan videonya, dan menyadari dia sudah hilang. Tapi sekarang ada orang hebat yang sedang bersama kami," tutur Jeanette.
Menjelang ulang tahunnya yang ke-13 pada tahun depan, Jazz dibayang-bayangi ketakutan terbesarnya. Pubertas, hukum alam yang tak mungkin terbantahkan. Karena terlahir laki-laki, dia pasti akan mengalami seperti apa yang dialami laki-laki lain saat puber.
"Saat kecil saya mimpi buruk tumbuh rambut di wajah dan juga di sekujur tubuh. Sekarang adalah saat di mana hal itu sangat mungkin terjadi," kata Jazz.
Jazz pun akan menjalami terapi hormon untuk mencegah agar mimpi buruknya tidak menjadi nyata.
Pada Juni ini Jazz dianugerahi Colin Higgins Youth Courage Award karena membantu mengedukasi dan mencerahkan masyarakat tentang isu lesbian, homo, biseksual, dan transgender.
*Sumber: http://health.detik.com/read...remaja-putri-yang-terlahir-laki-laki-ini-khawatir-segera-berkumis