Rumus Kesehatan - Usai melahirkan, masih ada risiko yang mengancam nyawa para ibu. Salah satunya adalah emboli atau yang sering disebut emboli udara.
Emboli atau emboli udara adalah keadaan dimana udara masuk ke dalam pembuluh udara dan menimbulkan gelembung. Hadirnya gelembung ini beresiko menghambat pasokan oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh.
Akibatnya, sel-sel dalam tubuh akan mengalami kerusakan dan dapat menyebabkan kematian karena mengakibatkan kurangnya pasokan oksigen.
Ibu melahirkan yang mengalami emboli udara biasanya tidak akan bertahan lama hingga akhirnya meninggal dunia.
Kepala Departemen Kandungan dan Kebidanan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Budi Iman Santoso mengatakan adanya gelembung udara menghambat darah yang mengasup oksigen dari paru-paru. Hal itu menyebabkan darah menjadi kekurangan oksigen sehingga tidak mampu memberi cukup pasokan oksigen pada organ lain di seluruh tubuh.
"Hal ini ditandai darah korban yang berwarna gelap, tidak merah seperti biasanya. Warna gelap merupakan tanda darah kekurangan oksigen," ungkapnya saat ditemui pada sebuah simposium, Rabu (27/11).
Emboli udara bukanlah kondisi yang dapat diprediksi. Kondisi ini bisa terjadi kapan saja dan pada ibu yang melahirkan dengan cara normal maupun sectio caesaria.
Budi mengatakan tidak ada kondisi atau faktor risiko apa pun yang menyatakan seorang ibu hamil lebih rentan menderita emboli dibanding yang lain. Kondisi ini sama sekali tidak bisa diperkirakan.
Udara bukan satu-satunya penyebab gelembung yang beresiko menghambat asupan oksigen pada tubuh melalui darah. Emboli juga bisa disebabkan air ketuban dan lemak.
Emboli akibat air ketuban, walau sedikit, bisa menimbulkan reaksi alergi yang mengancam nyawa ibu.
"Kasus emboli sangat jarang terjadi. Di Amerika, kasus ini memiliki prevalensi 1 dari 80 ribu-100 ribu. Hampir 90% ibu yang mengalami emboli akan berakhir dengan kematian," ujar Budi.
Eemboli air ketuban bisa terjadi pada ibu yaitu masuknya sel gepeng atau musin atau cairan lendir yang berasal dari air ketuban dan masuk ke tubuh ibu melalui pembuluh darah.
Salah satu gejala klinisnya adalah ibu mengalami tekanan darah rendah yang diikuti dengan gagal nafas, kejang, mengalami kegagalan sistem kebekuan dan gawat janin.
Dokter dari Departemen Kandungan dan Kebidanan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Yudianto Budi Saroyo mengatakan emboli air ketuban awalnya diketahui terjadi pada beberapa wanita yang meninggal sesaat setelah persalinan.
Setelah diotopsi, pada tubuhnya ditemukan sel gepeng yang menyebabkan tubuh ibu mengalami reaksi berupa peradangan seperti orang yang alergi terhadap antibiotik.
"Selain itu ibu mengalami gawat nafas jika sel gepeng dan musin masuk ke pembuluh darah di paru-paru, perdarahan dan lumpuh saat sel gepeng dan musin masuk ke pembuluh darah di jantung," kata Yudianto.
Lebih lanjut dia mengatakan kematian bayi risikonya lebih kecil dibanding ibu.
Pada ibu, resiko kematian bisa mencapai 80%. Secara teoritis, emboli air ketuban bisa mengakibatkan dampak fatal sebab ada benda asing yang masuk melalui sistem pertahanan tubuh ibu sehingga mengganggu sistem sirkulasi darah di paru-paru dan jantung.
Emboli air ketuban tersebut bersifat katastropik karena belum bisa ditangani dengan baik serta unpredictable. Hal ini juga diikuti dengan tidak adanya penatalaksanaan yang spesifik.
Yang terpenting, dibutuhkan kerja sama yang baik dan semua sistem Rumah Sakit (RS) harus diaktifkan untuk menolong si ibu. Tindakan agresif lainnya adalah segera pasang infus, beri obat-obat vasoaktif, dan memastikan pasien harus dirawat di ICU.
Ketua Bidang Ilmiah Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Andon Hestiantoro mengatakan di Indonesia kasus ini terjadi pada 8.000 dari 80.000 persalinan atau satu dari 10 ribu persalinan.
Ia menjelaskan terdapat dua emboli pada ibu melahirkan yaitu emboli udara dan emboli air ketuban. Namun faktanya memang setiap persalinan memiliki resiko emboli.
Ia mengatakan kedua jenis persalinan yaitu normal dan sectio caesaria juga beresiko terjadi emboli jika sudah ditandai dengan sesak nafas, tekanan darah menurun dan mendadak hilang kesadaran.
"Emboli udara menimbulkan adanya udara yang masuk terhambat dan aliran darah berhenti. Sementara emboli air ketuban terjadi saat air ketuban yang terdiri lemak, protein, unsur elektrolit, dan garam menimbulkan efek alergi," jelasnya. (VEI/metrotvnews)